Find

sense

Tuesday, August 31, 2010

Minerva Fischer MRX Test by Otomotif




OTOMOTIFNET – Sebenarnya Minerva Fischer MRX650 ini belum secara resmi di delivery kan pada konsumen. Rencananya baru Oktober mendatang, meski begitu PT Minerva Motor Indonesia (MMI) tentunya punya unit tes. Nah, kali ini OTOMOTIFNET.com mendapat kesempatan untuk ikutan menjajal performannya.

Bahkan saking semangatnya, MMI sampai menyewa sirkuit Sentul agar pengetesan yang kami lakukan makin terasa nikmat. "Kalau hanya di jalanan enggak akan terasa sensasinya," ungkap Kristianto Goenadi, President Director PT MMI yang ikut mendampingi kala itu.

Desain (*****)
Secara desain, boleh kan motor yang satu ini dinobatkan menjadi salah satu motor sport rakitan lokal yang paling futuristik dan eye catching. Dari bentuknya cukup kentara desain asal Amerika pada Fischer. Garis lekukan di bodi tegas dan cenderung kaku. Mirip muscle car di negeri Paman Sam itu. Belum lagi konfigurasi V-twin khas Harley-Davidson.

Jok single seaternya dan buntut gambot menemani knalpot under tail nya membuatnya terlihat tetap sporty. Kayaknya bakal serasi disandingkan dengan Chevrolet Camaro Bumblebee, kan udah sama-sama kuning dan berotot!

Fitur Dan Teknologi (****)
Untuk mesin, Fischer memang berkolaborasi dengan pabrikan asal Korea Selatan, Hyosung. Mesin ini sebenarnya sudah lama ada, dan kini disempurnakan untuk dipasang pada motor Amerika ini. Mesin berkonfigurasi V-Twin 90 derajat DOHC,ini pun di klaim mampu memuntahkan tenaga 80 daya kuda pada putaran 9550 rpm.

Walaupun motor ini belum menggunakan sistem injeksi pada sistem bahan bakarnya, namun penggunaan dua buah karburator Mikuni 39mm, diklaim bakal cukup handal untuk mengantar pengendaranya merasakan tenaga besar dari motor.

Kelebihan lain yang menjadi daya tarik motor ini terletak pada penggunaan komponen-komponen yang berkualitas. Misalnya suspensi Ohlins pada bagian belakang, rantai dari Regina dan juga sistem pengereman yang menggunakan Brembo.

Belum lagi panel indikator digital dengan fitur lengkap. Mulai dari speedometer, takometer hingga memory yang bisa mencatat top speed serta beberapa data berkendara lainnya.

Performa (*****)
Mesin 600cc nya, meski hanya dua silinder dan masih pakai karburator tetap mantap melaju di straight line Sentul. Transmisinya memberi respons baik tiap kali dilakukan perpindahan. Dari posisi 1 hingga top gear (gigi 6), mudah dilakukan serta berlangsung halus dengan penurunan putaran mesin yang tak banyak.

Alhasil kecepatan mendekati 180 km/jam mudah diraih di trek lurus di depan paddock. Dan menariknya, torsinya di putaran bawahnya cukup besar. Gas dibuka sedikit saja tenaganya yang responsif langsung terasa.

Diuji pakai Racelogic, hasilnya pun cukup baik. Untuk meraih kecepatan 100 km/jam, tak perlu waktu lama-lama, cukup 4,9 detik saja! Ini setara dengan sportscar sekelas Mercedes-Benz CL 65 AMG yang meraih waktu di kisaran 4 detik untuk mencapai 100 km/jam dari diam. Mantap!

Hasil Tes (Race Logic)
Akselerasi
0-60 km/jam 2,2 detik
0-100 km/jam 4,9 detik
0-100 m 5,6 detik
0-201 m 8,6 detik
0-402 m 13,4 detik
Top Speed 173 km/jam

Handling (***)
Jangan keburu girang dengan performanya yang cukup responsif. Karena pemilik tinggi badan kurang dari 170 cm dipastikan tak akan terlalu nyaman nyemplak. Selain akan jinjit, proses untuk duduk ke joknya pun akan sedikit terkendala karena buntu yang terlalu menjulang.

Tipsnya, jangan pernah lupa buka standar samping saat hendak naik atau turun, untuk jaga-jaga kalau kaki nyangkut. Kan gak lucu jatuh diparkiran sebelum motor jalan.

Memang secara menyeluruh, handling-nya tergolong mudah dilakukan. Asalkan mampu menjaga putaran mesin dan mengombinasikan rem depan dan belakang saat deselerasi sebelum memasuki tikungan. Tapi, giliran akan menikung jadi agak kagok. Kenapa?

Di sinilah terasa kalau nikung dengan si kuning ini tak semudah mengedipkan mata. Badan pun perlu dibuat lebih condong ke arah tikungan. Apalagi, ukuran tangki cukup lebar bikin pergerakan tangan di setang agak terhambat. Pengendaranya harus lebih lincah memindahkan badan saat hendak menikung.

Pengendalian pun ditunjang roda depan yang baik dengan suspensi berdiameter 43 mm. Sedang di belakang monosok Ohlins yang bisa disetel ketinggiannya kompresi peredaman dan pre-load suspensinya.

Suspensi-suspensi ini menyatu dengan sasis alloy one-piece, sasis buatan Amerika ini diklaim jadi satu-satunya di dunia, dengan satu cetakan (one piece). Begitu pun lengan ayunnya dibuat one piece.
Meski asik dipakai di Sentul, untuk harian rasanya agak repot. Bobotnya yang berat dan posisi stang yang terlalu rendah, membuat pengendarahanya harus menunduk. Wah, bisa pegal-pegal nih. Karenanya, khusus yang satu ini bintangnya enggak terlalu banyak.

Harga
Moge 600cc hanya Rp 120 jutaan on the road Jakarta? Sudah lengkap juga dengan surat-suratnya alias enggak bodong. Harga ini tentu lebih murah dari moge 600cc merek lain. Karna produk ini sudah di CKD di Indonesia. "Kalau harus mendatangkan versi CBU, harga dapat menyentuh angka Rp 200 jutaan," ungkap Kristianto Goenadi.

Penulis/Foto:Popo,Ben/Reza

http://otomotifnet.com/otoweb/index.php?templet=ototest/Content/0/0/1/7/12565

--

No comments:

Post a Comment